Kamera Obscura atau dikenal juga sebagai prinsip kamera
pertama kali ditemukan oleh Ibn al-Haytham. Ilmuwan kelahiran Basra, Irak dalam
bukunya menyebut, Book of Optics, pemakaian lubang jarum dan lensa dalam di
dinding ruangan gelap untuk memproyeksikan apa yang ada di luar ke dalam
ruangan dengan gambar terbalik.Obscura sendiri dalam bahasa latin berarti
ruangan gelap. Meski prinsip
kamera sudah ditemukan pada waktu itu tetapi
hasilnya belum bisa dicetak seperti pada saat ini. Pada tahun 1660, seorang ilmuwan Inggris, Robert Boyle dibantu oleh Robert Hooke berhasil menciptakan kamera obscura jinjing lebih kecil dari kamera Obscura ciptaan Al-Haytham yang berukuran besar.
Pada tahun 1685, Johann Zahn menyempurnakan kamera obscura menjadi lebih kecil dan mudah dibawa. Selain itu juga memanfaatkan cermin dan lensa untuk menfokuskan gambar.
Perkembangan kamera semakin berarti setelah Joseph Nicephore Niepce pada tahun 1814 mencoba mencetak pada sebuah lempengan pewter (logam lunak campuran) dengan bitumen (semacam aspal). Saat terkena cahaya bitumen akan mengeras. Bagian yang tidak mengeras kemudian dilarutkan. Bagian inilah yang menjadi cikal bakal foto.
Pada tahun 1836, Louis Jacques Daguerre menyempurnakan proses cetak foto. Ia membuat lempengan tembaga menjadi lebih sensitif terhadap cahaya. Proses itu dinamakan daguerreotype.
Pada tahun 1840 William Fox Talbot menyempurnakan proses cetak foto yang
dikenal dengan Calotype. Baik Daguerre maupun Talbot menggunakan kamera yang
sedikit berbeda dari kamera Zahn. Mereka memakai lempengan logam atau lembaran
kertas yang diletakkan di depan layar bidik, merekam gambar, dan menggeser
lensa untuk menfokuskan gambar.
Era lempengan basah sebagai media rekam gambar kemudian disempurnakan dengan ditemukannya lempeng kering collodion pada tahun 1885 oleh Desire Van Monckhoven.
Era lempengan basah sebagai media rekam gambar kemudian disempurnakan dengan ditemukannya lempeng kering collodion pada tahun 1885 oleh Desire Van Monckhoven.
Kemajuan dunia fotografi makin sempurna dengan temuan Richard Leach Maddox yang
menggunakan gelatin kering pada tahun 1871. Lempengan kering ini lebih cepat
dan lebih bagus hasil cetakannya dibandingkan dengan lempengan basah. Pada era
ini, untuk pertama kalinya kamera bisa dibuat dalam ukuran genggam dan dapat
disimpan di dalam tas. Sejak itu berbagai desain kamera muncul, ada single atau
twin-lens reflexes, kamera berukuran besar, kamera saku, hingga kamera yang
bisa disatukan dengan arloji, topi dan sebagainya.
Setelah era Pelat, dunia fotografi semakin menyenangkan sejak ditemukan film topografik oleh George Eastman. Tahun 1885, Film fotografik masih menggunakan lembaran kertas, pada tahun yang sama berkembang lagi teknologi fotografi dengan film.
Eastman menciptakan kotak kamera dengan film seluloid yang bisa menampung 100 frame foto. Kamera berbentuk kotak dengan single focus dan single shutter ini dinamakan kodak. Kamera brownie karya Eastman sangat populer hingga tahun 1960-an. Industri kamera makin ramai sejak Jepang ikut memproduksi kamera dengan film 35 mm yang bermerk Canon 1936.
Sekitar tahun 1913, Oskar Barnack menggunakan film dengan ukuran 35 mm dan mengembangkan kamera berukuran kompak (kecil). Film ukuran 35 mm mendominasi pemakaian film kamera hingga era kamera digital.
Selain kamera yang memakai film, muncul juga kamera instan. Hasil fotonya bisa dilihat sesaat setelah pemotretan tanpa melalui proses pencucian dan pencetakan film. Kamera instan pertama kali dipopulerkan oleh polaroid dengan model 95. Kamera ini juga disebut kamera land karena diciptakan oleh Edwin Land.
Era analog mulai ditinggalkan dan digantikan dengan era kamera digital. Perbedaan antara kamera analog dan kamera digital adalah bahwa kamera digital tidak memerlukan film. Gambar yang direkam disimpan ke dalam kartu memori atau tempat penyimpanan pada kamera tersebut. Selain untuk membuat foto, kamera digital juga bisa untuk membuat video. Tentu saja hal ini membuat kamera analog tersingkir.
Selain pengoperasian lebih mudah, harga murah, proses lebih cepat, jangkauan juga lebar. Kamera digital semakin populer ketika menjadi fitur wajib di telepon selular dan hasil fotonya bisa langsung diunggah ke situs jejaring sosial dsb.
Setelah era Pelat, dunia fotografi semakin menyenangkan sejak ditemukan film topografik oleh George Eastman. Tahun 1885, Film fotografik masih menggunakan lembaran kertas, pada tahun yang sama berkembang lagi teknologi fotografi dengan film.
Eastman menciptakan kotak kamera dengan film seluloid yang bisa menampung 100 frame foto. Kamera berbentuk kotak dengan single focus dan single shutter ini dinamakan kodak. Kamera brownie karya Eastman sangat populer hingga tahun 1960-an. Industri kamera makin ramai sejak Jepang ikut memproduksi kamera dengan film 35 mm yang bermerk Canon 1936.
Sekitar tahun 1913, Oskar Barnack menggunakan film dengan ukuran 35 mm dan mengembangkan kamera berukuran kompak (kecil). Film ukuran 35 mm mendominasi pemakaian film kamera hingga era kamera digital.
Selain kamera yang memakai film, muncul juga kamera instan. Hasil fotonya bisa dilihat sesaat setelah pemotretan tanpa melalui proses pencucian dan pencetakan film. Kamera instan pertama kali dipopulerkan oleh polaroid dengan model 95. Kamera ini juga disebut kamera land karena diciptakan oleh Edwin Land.
Era analog mulai ditinggalkan dan digantikan dengan era kamera digital. Perbedaan antara kamera analog dan kamera digital adalah bahwa kamera digital tidak memerlukan film. Gambar yang direkam disimpan ke dalam kartu memori atau tempat penyimpanan pada kamera tersebut. Selain untuk membuat foto, kamera digital juga bisa untuk membuat video. Tentu saja hal ini membuat kamera analog tersingkir.
Selain pengoperasian lebih mudah, harga murah, proses lebih cepat, jangkauan juga lebar. Kamera digital semakin populer ketika menjadi fitur wajib di telepon selular dan hasil fotonya bisa langsung diunggah ke situs jejaring sosial dsb.
sumber : pengetahuan-oemum.blogspot.com
No comments:
Post a Comment